- 1I. Karakteristik Perseptual
- 1..11. Persepsi Intensifikasi
- 1..22. Peningkatan Kehadiran / Kekekalan
- 1..33. Kesadaran akan “Kehadiran” atau Energi Spiritual yang Menyeluruh
- 1..44. Gairah, Harmoni dan Keterhubungan
- 2II. Karakteristik Afektif
- 2..11. Ketenangan batin
- 2..22. Transendensi Pemisahan / Rasa Koneksi
- 2..33. Empati dan Kasih Sayang
- 2..44. Kesejahteraan
- 2..55. Tidak Ada / Menurunnya Ketakutan
- 3III. Karakteristik Konseptual dan Kognitif
- 3..11. Kurangnya Identitas Kelompok
- 3..22. Perspektif Luas - Pandangan Universal
- 3..33. Rasa Moralitas Yang Tinggi
- 3..44. Penghargaan dan Keingintahuan
- 4IV. Karakteristik Perilaku
- 4..11. Altruisme dan Keterlibatan
- 4..22. Menikmati Ketidakaktifan: Kemampuan untuk "Menjadi"
- 4..33. Melampaui Akumulasi dan Keterikatan / Non-materialisme
- 4..44. Hidup Lebih Otentik
- 4..55. Hubungan Lebih Otentik
III. Karakteristik Konseptual dan Kognitif
Gejala konseptual kebangkitan spiritual yang akan kita lihat merujuk pada bagaimana orang yang sadar melihat diri mereka dalam hubungannya dengan dunia dan manusia lain, dan bagaimana mereka memahami dunia dan manusia lain.
1. Kurangnya Identitas Kelompok
Dalam kondisi tidur kita memiliki kecenderungan kuat untuk mengidentifikasi diri kita sendiri, memberi label pada diri kita sendiri untuk meningkatkan perasaan rapuh kita. Kita ingin mendefinisikan diri kita dalam hal agama, etnis, kebangsaan dan afiliasi politik, dan juga label karier, prestasi dan kualifikasi. Mendefinisikan diri kita dengan cara-cara ini memberi kita rasa memiliki, dan lebih mendukung ego. Kita akan merasa bahwa tidak sendirian; kita adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri.
Dalam pengalaman kebangkitan spiritual, kebutuhan akan identitas dan kepemilikan ini menghilang. Orang tidak lagi merasa berafiliasi ataupun terikat dengan agama atau kebangsaan tertentu, sama seperti mereka tidak lagi merasa ditentukan oleh karier atau prestasi mereka. Mereka tidak lagi merasa bahwa mereka adalah orang Pribumi atau Pendatang atau ilmuwan atau sosialis. Mereka tidak merasa bangga dengan kebangsaan, suku, atau kualifikasi mereka. Dan mereka tidak memiliki rasa keberbedaan atau merasa permusuhan dengan anggota kelompok lain. Mereka merasa bahwa label semacam itu dangkal dan tidak berarti. Mereka tidak melihat perbedaan atar sesama; mereka memperlakukan semua orang dengan rasa hormat yang sama. Jika mereka melihat diri mereka dengan identitas apa pun, itu sebagai warga dunia, penghuni planet Bumi, di luar kebangsaan atau perbatasan.
Tanda lain dari individu yang terbangun secara spiritual adalah bahwa mereka sering memiliki sikap yang sama terhadap tradisi spiritual yang berbeda juga. Bahkan jika mereka berafiliasi dengan tradisi tertentu, mereka tidak merasa bahwa tradisi ini adalah satu-satunya yang benar dan valid, seperti yang dilakukan oleh fundamentalis agama. Sebagai tanda kebangkitan spiritual, mereka memiliki sikap terbuka dan ekumenis, dan mereka mengakui bahwa tradisi yang berbeda hanyalah ekspresi dari kebenaran mendasar yang sama.
2. Perspektif Luas – Pandangan Universal
Sebagai tanda kebangkitan spiritual, individu yang terbangun memiliki indera perspektif yang luas, pandangan makrokosmik. Mereka tidak disibukkan dengan masalah pribadi dan masalah mereka dengan mengesampingkan segala sesuatu yang lain. Mereka tahu mereka bukan pusat alam semesta.
Ini berarti bahwa mereka memiliki kesadaran spiritual akan dampak yang lebih luas dari tindakan individu mereka. Mereka sadar bagaimana pilihan hidup mereka memengaruhi orang lain, atau bumi itu sendiri, dan karenanya lebih cenderung hidup secara etis dan bertanggung jawab. Misalnya, mereka mungkin memutuskan untuk tidak membeli atau menggunakan barang yang diproduksi oleh pekerja yang dieksploitasi atau rezim yang menindas. Sadar bagaimana gaya hidup mereka sendiri dapat berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan, mereka cenderung mengadopsi gaya hidup ramah lingkungan.
Perspektif luas ini yang muncul sebagai gejala umum kebangkitan spiritual juga berarti bahwa bagi individu yang terbangun secara spiritual, masalah sosial atau global sama nyata dan pentingnya dengan masalah pribadi mereka. Mereka cenderung merasakan kepedulian terhadap kelompok tertindas, masalah sosial seperti kemiskinan dan ketidaksetaraan, atau masalah global seperti perubahan iklim dan kepunahan spesies lain.
3. Rasa Moralitas Yang Tinggi
Perspektif yang luas ini memiliki implikasi moral. Seperti yang telah kita lihat, orang yang sadar cenderung lebih etis dan bertanggung jawab, lebih berbelas kasih, dan altruistik. Tetapi kebangkitan juga menumbuhkan tipe moralitas yang lebih menyeluruh dan tanpa syarat . Individu yang terbangun tidak mempraktikkan pengucilan moral; yaitu, mereka tidak hanya menunjukkan kepedulian dan kebaikan terhadap orang-orang dengan siapa mereka berbagi kesamaan agama atau etnis yang dangkal tetapi memperluas kebajikan mereka kepada semua manusia tanpa pandang bulu.
Gejala kebangkitan spiritual moral lainnya adalah bahwa kesadaran orang tentang benar dan salah (atau baik dan buruk) yang dibangkitkan tidak ditentukan secara budaya tetapi berasal dari pengetahuan bawaan, kepastian moral yang mendalam yang melampaui kepentingan dan budaya mereka sendiri. Bagi individu yang terbangun secara spiritual, keadilan dan keadilan adalah prinsip universal yang melampaui hukum atau konvensi. Mereka bahkan mungkin melanggar hukum dan berpotensi mengorbankan kesejahteraan mereka sendiri – mungkin bahkan hidup mereka – untuk menegakkan prinsip-prinsip moral.
4. Penghargaan dan Keingintahuan
Dalam kondisi tidur, proses pengenalan yang mematikan perhatian kita pada dunia yang fenomenal juga bertindak atas kesadaran konseptual kita. Itu mengalihkan perhatian kita pada hal-hal yang idealnya kita syukuri. Menerima sindrom yang diterima, yang berarti bahwa alih-alih merasa bersyukur atas apa yang kita miliki, kita merasa tidak puas, yang bukan merupakan salah satu gejala dari kebangkitan spiritual. Daripada menghargai apa yang kita miliki, kita menginginkan lebih.
Rasa penghargaan juga mengarah pada rasa ingin tahu dan keterbukaan. Karena orang-orang yang terbangun tidak mengambil kehidupan itu sendiri begitu saja, mereka selalu terbuka untuk yang baru dan asing. Mereka tidak merasa puas dengan apa yang sudah mereka ketahui dan tidak pernah merasa bahwa pemahaman mereka tentang dunia itu lengkap. Mereka ingin sekali mengeksplorasi ide dan keterampilan baru, menghadapi tantangan baru, bepergian ke tempat-tempat baru, dan sebagainya. Ini adalah cara lain di mana mereka mirip dengan anak-anak. Dunia adalah tempat yang menarik sebagai hasil dari kebangkitan spiritual, dan mereka ingin menjelajahinya lebih dalam.